Jum’at Hari Ini !! DPRD Subang Kumpulkan Sejumlah Pejabat Dinkes Dan RSUD Terkait Viral nya kematian Pasien Kritis Yang Hendak Melahirkan Karena Diduga Tidak Dilayani Petugas PONEK RSUD Ciereng
Subang, metrobuana.co.id – Viral nya pemberitaan selama seminggu belakangan ini yang dimuat kalangan media lokal dan nasional terkait kasus seorang Ibu yang akan melahirkan meninggal dunia karena diduga tidak dilayani pihak RSUD Ciereng , akhirnya banyak disikapi sejumlah pejabat dari lembaga terkait tidak terkecuali dari DPRD Subang .
Rencananya, Jumat (10/3) , DPRD Subang melalui Komisi IV bakal mengundang semua pihak terkait mulai Bidan Desa Para Pejabat Puskesmas Tanjungsiang, Dinas Kesehatan dan RSUD untuk mengetahui secara jelas akar persoalan yang sebenarnya terjadi agar masyarakat tidak simpang siur menyikapi permasalahan yang kini sedang menjadi sorotan nasional .
“ Jadwal agenda mengundang semua pihak yaitu Dinkes dan RSUD Jumat jam 13.00 WIB . Setelah itu, hasilnya akan kami sampaikan kepada masyarakat dan pemerintah untuk sementara melalui teman teman media “. Tutur Ketua Komisi IV, H Ujang Sumarna yang dihubungi metrobuana.co.id , Kamis (9/3)
Seperti dalam seminggu ini ramai diwartakan, Kurniasih (39) seorang ibu yang mau melahirkan dalam kondisi kritis akhirnya meninggal setelah pihak petugas RSUD Ciereng dikabarkan menolak pelayanan terhadap warga Kec Tanjugsiang itu dikarenakan ruang ICU di RSUD untuk penanganannya diketahui penuh, Kamis (16/2/2023).
Namun, Direktur RSUD Subang, dr Ahmad Nasuhi, membantah adanya penolakan pasien ibu hamil tersebut.
“Hari Kamis (16/2/2023) masuk ke RSUD Subang, tapi sebelumnya pasien ini sudah diinformasikan lewat bidan yang membawa pasiennya bahwa kondisi ICU penuh,” ujar dr Ahmad dalam konferensi pers di ruang rapat Bupati Subang, Senin (6/3/2023) seperti dikutif dari lampusatu.com
Dr Ahmad melanjutkan, saat masuk IGD pasien diperiksa oleh dokter dan hasilnya kondisi pasien saat itu mulai membaik.
“Kemudian pasien tiba ke IGD diterima oleh dokter IGD, kemudian dilakukan pemeriksaan dan hasilnya kondisinya saat itu sadar penuh, tekan darah kembali normal, denyut jantung, dan kondisi oksigen bagus, artinya pasien ini sudah mulai membaik,” imbuhnya.
Melihat kondisi pasien membaik, dr Ahmad menjelaskan pasien dibawa ke ruang pelayanan obstetri neonatal emergency komprehensif (ponek). Namun petugas atau bidan di ruang ponek kaget karena pasien tersebut sudah diberitahu untuk dibawa ke rumah sakit lain karena ruang ICU penuh.
“Akhirnya dibawa ke ponek, di ponek kaget ini pasien yang mana, kan tadi dikasih tahu bahwa ICU penuh, jadi dalam kondisi seperti ini bukan kita menolak, karena kalau dioperasi mau ditaruh dimana,” katanya.
Dr Ahmad juga mengatakan pihak keluarga mungking memiliki persepsi bahwa telah ditolak oleh petugas di ruang ponek dengan menyebut ruang ICU penuh. Pasalnya ketika pasien dioperasikan maka membutuhkan ruang ICU untuk pemulihannya.
“Bukan menolak mungkin persepsi, kami itu harus menjelaskan duduk perkaranya kenapa harus cari ICU, kalau pasien ini bakalnya dioperasi, dia membutuhkan ICU untuk pemulihannya, tidak bisa dikembalikan ke tempat biasa, karena pasien dalam kondisi lemah, terpengaruh obat bius, dan juga mungkin butuh darah untuk lanjutannya, jadi butuh perawatan yang benar-benar dipantau 24 jam,” jelasnya.
Namun, dr Ahmad juga memohon maaf dan turut berdukacita atas kematian pasien. Pihaknya bukan tidak berusaha menolong pasien.
“Kami juga turut berdukacita yang sedalam-dalamnya, dan memang ini hal yang tidak terduga sebelumnya, dan kami juga dari sisi kemanusiaan memohon maaf, bukannya kami tidak berusaha, bahkan di IGD pun sudah dilakukan seperti itu,”pungkasnya. (Dadang Metro)